Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Kreatif dalam Menjelaskan Konsep Bunyi melalui Video Edukasi

Dalam rangka meningkatkan kemampuan berkomunikasi ilmiah dalam bahasa Inggris sekaligus memperdalam pemahaman konsep fisika, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako diberikan tugas kreatif pada mata kuliah Bahasa Inggris Profesi . Tugas yang diberikan adalah membuat video edukasi berjudul “Presentation of Sound in Physics ” yang kemudian diunggah ke platform YouTube.

Tugas ini merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif yang dirancang oleh tim pengajar mata kuliah Bahasa Inggris Profesi untuk mengintegrasikan penguasaan bahasa asing dengan pengetahuan sains. Dosen pengampu, Delthawati Ratnahningtiyas, M.Pd., menjelaskan bahwa tujuan utama dari tugas ini adalah agar mahasiswa tidak hanya mampu menjelaskan konsep-konsep fisika secara akademis, tetapi juga terampil menyampaikannya dalam bahasa Inggris melalui media digital yang relevan dengan generasi milenial saat ini.

“Kami ingin mahasiswa mampu menjadi guru fisika yang tidak hanya paham materi, tetapi juga bisa menyampaikan informasi secara menarik, interaktif, dan menggunakan teknologi,” ujar Delthawati Ratnahningtiyas, M.Pd. saat memberikan arahan awal kepada mahasiswa.

Setiap kelompok mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih topik spesifik terkait fenomena bunyi dalam fisika, seperti gelombang longitudinal, resonansi, efek Doppler, hingga prinsip kerja alat musik berbasis getaran. Namun, mereka harus memastikan bahwa seluruh penjelasan disajikan dalam bahasa Inggris yang benar dan mudah dipahami, serta dilengkapi dengan visualisasi yang mendukung pemahaman konsep.

Proses pengerjaan video berlangsung selama dua minggu. Mahasiswa tampak sangat antusias dalam mempersiapkan skrip, storyboard, hingga proses produksi. Beberapa kelompok memilih merekam langsung eksperimen sederhana tentang bunyi menggunakan alat-alat yang tersedia di laboratorium pendidikan fisika, sementara yang lain memilih membuat animasi atau infografis digital untuk menjelaskan konsep secara lebih visual.

Salah satu kelompok yang dinilai menarik adalah kelompok yang membahas tentang prinsip kerja gitar akustik. Mereka tidak hanya menjelaskan konsep getaran dan resonansi dalam bahasa Inggris, tetapi juga mempraktikkan secara langsung bagaimana perubahan panjang senar mempengaruhi frekuensi nada yang dihasilkan. Video tersebut kemudian diedit dengan narasi profesional dan grafik animasi yang menarik.

“Kami belajar banyak hal dari tugas ini, mulai dari penyusunan skrip dalam bahasa Inggris, pengambilan gambar, editing, hingga cara menyampaikan informasi secara jelas dan menarik,” kata Andi Saputra, salah satu anggota kelompok tersebut.

Setelah selesai, semua video diunggah ke kanal YouTube resmi Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Tadulako. Selain sebagai bahan evaluasi oleh dosen, video-video tersebut juga dapat diakses oleh siswa SMA, guru-guru fisika, maupun masyarakat umum yang tertarik dengan pembelajaran sains berbasis teknologi.

Delthawati Ratnahningtiyas, M.Pd. menambahkan bahwa keberadaan video-video ini juga memiliki potensi besar sebagai sumber belajar digital yang bisa dimanfaatkan secara luas. “Selain mengevaluasi kemampuan bahasa dan penguasaan konsep fisika, kami juga ingin menciptakan konten edukasi yang bisa berguna bagi publik,” imbuhnya.

Pada sesi presentasi hasil tugas, para mahasiswa mempresentasikan video mereka di depan kelas. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan proses pengerjaan, tantangan yang dihadapi, serta bagaimana mereka memastikan akurasi konsep fisika dan ketepatan penggunaan bahasa Inggris dalam video tersebut.

Melalui pendekatan pembelajaran ini, Program Studi Pendidikan Fisika berhasil menggabungkan tiga kompetensi penting: penguasaan konsep fisika, kemampuan berbahasa Inggris, dan literasi digital. Hal ini sejalan dengan visi pendidikan abad ke-21 yang menekankan pentingnya kolaborasi, kreativitas, komunikasi, dan pemikiran kritis.

Menurut Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Dr. Haeruddin, M.Si., tugas ini merupakan langkah awal dalam membangun budaya pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. “Kami sangat mengapresiasi semangat dan kreativitas mahasiswa. Ini adalah contoh nyata bagaimana pembelajaran bisa menjadi lebih menyenangkan, relevan, dan bermakna,” tuturnya.

Kedepannya, program studi berencana untuk terus mengembangkan tugas-tugas serupa dalam mata kuliah lain, sehingga mahasiswa tidak hanya siap secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan dunia pendidikan modern.

 

Terkait