
Palu – Tria Ningsih, seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako, tengah melakukan uji coba alat inovatif sebagai bagian dari persiapan presentasi dalam ajang kompetisi di Makassar. Mahasiswa berprestasi ini berhasil lolos sebagai finalis dengan karya tulis berjudul “Desain Prototipe Kit Rangkaian Listrik Audio Taktual Berbasis Arduino UNO untuk Melatih Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Tunanetra dalam Eksperimen Hukum Ohm.”
Uji coba dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) ABCD Muhammadiyah Kota Palu, Senin (11/02/2024). Kegiatan ini bertujuan untuk menguji efektivitas prototipe yang dirancang oleh Tria dalam membantu siswa tunanetra memahami konsep fisika melalui pendekatan audio-taktual. Alat tersebut menggunakan teknologi Arduino UNO yang dikombinasikan dengan rangkaian listrik sederhana, sehingga mampu memberikan umpan balik berupa suara dan getaran sesuai dengan prinsip Hukum Ohm.
Respons Positif dari Kepala Sekolah
Kepala SLB ABCD Muhammadiyah Kota Palu, Rini Kurniaini, S.Pd., menyambut baik kehadiran Tria beserta timnya. Ia mengapresiasi inovasi yang dikembangkan oleh mahasiswa tersebut, karena dinilai sangat relevan dengan kebutuhan pembelajaran bagi siswa tunanetra.
“Kami sangat merespon positif kedatangan Mbak Tria dan tim. Alat ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan aksesibilitas pembelajaran sains bagi anak-anak tunanetra. Selama ini, mereka sering kesulitan memahami konsep fisika karena keterbatasan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi mereka,” ungkap Rini.
Menurut Rini, penggunaan teknologi seperti Arduino UNO yang terintegrasi dengan sistem audio dan taktual dapat menjadi solusi inovatif untuk menjembatani kesenjangan dalam proses belajar-mengajar. Ia berharap alat ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat digunakan secara luas di sekolah-sekolah luar biasa lainnya.
Pendekatan Pembelajaran Inklusif
Tria Ningsih menjelaskan bahwa ide pembuatan prototipe ini berawal dari keprihatinannya terhadap minimnya media pembelajaran fisika yang ramah bagi siswa tunanetra. “Saya ingin menciptakan alat yang tidak hanya membantu siswa memahami konsep Hukum Ohm, tetapi juga melatih kemampuan berpikir matematis mereka melalui pendekatan multisensori,” ujar Tria.
Prototipe ini dirancang dengan mempertimbangkan prinsip inklusivitas, yakni memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk belajar sains tanpa terkecuali. Dengan adanya output berupa suara dan getaran, siswa tunanetra dapat merasakan langsung perubahan arus, tegangan, dan hambatan dalam rangkaian listrik, sehingga mereka dapat memahami konsep tersebut secara intuitif.
Selama uji coba, beberapa siswa tunanetra tampak antusias mencoba alat tersebut. Mereka terlihat aktif berinteraksi dengan prototipe, mendengarkan suara yang dihasilkan, serta merasakan getaran yang menunjukkan perubahan parameter listrik. Salah satu siswa mengungkapkan bahwa alat ini membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami.
Menuju Presentasi di Makassar
Sebagai finalis dalam ajang kompetisi di Makassar, Tria berharap prototipe ini dapat memberikan dampak nyata bagi dunia pendidikan, khususnya bagi siswa penyandang disabilitas. Ia juga berkomitmen untuk terus mengembangkan inovasi ini agar dapat diterapkan secara luas di masa mendatang.
“Semoga karya ini tidak hanya menjadi bagian dari kompetisi, tetapi juga menjadi kontribusi nyata bagi dunia pendidikan inklusif di Indonesia,” pungkas Tria.
Dengan semangat inovasi dan dedikasi tinggi, Tria Ningsih membuktikan bahwa mahasiswa mampu menjadi agen perubahan melalui karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Keberhasilannya ini juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi demi kemajuan pendidikan di Indonesia.