
Inovasi Mahasiswa PSPF FKIP UNTAD Diliput oleh TV Internasional Jerman
Pemberitaan inovasi mahasiswa fisika tentang alarm likuefaksi ternyata telah menyebar tidak hanya di dalam negeri namun juga telah sampai ke luar negeri. Tidak disangka jika pada tanggal 7 Juni 2021, Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako (PSPF FKIP UNTAD) didatangi oleh reporter TV DEUTSCHE WELLE (https://www.dw.com/id/beranda/s-11546), sebuah TV Internasional Jerman, untuk meliput hasil penelitian mahasiswa terkait alat tersebut. Bapak Jufri Tonapa selaku reporter DW yang sengaja datang langsung dari kantor perwakilan DW Indonesia untuk menemui penggagas alat mitigasi bencana alam ini yaitu Dr. Sahrul Saehana, M.Si dan mahasiswa bimbinganya: Andryaztika Lala, S.Pd.
Menerima jurnalis DW tersebut dengan begitu hangat, Dr. Sahrul yang sehari-hari bertugas sebagai Koordinator Prodi Pendidikan Fisika tidak lupa mempromosikan prodinya yang saat ini tengah giat melakukan program-program terobosan agar mampu bersaing dengan prodi sejenis di tingkat nasional. Hingga akhirnya ide membuat alat penanda likuefaksi tersebut dipaparkan dengan lugas. Dengan sangat antusias sang jurnalis ini pun mendengarkan penjelasan serta sesekali bertanya di sela-sela pembicaraan.
Gambar 1. Foto wawancara pada dosen PSPF FKIP UNTAD.
Gambar 2. Foto wawancara pada mahasiswa PSPF FKIP UNTAD.
Pada selasa (8 Juni 2021) wawancara dilanjutkan dengan Andryaztika Lala, S.Pd, mahasiswa pembuat alarm tersebut. Andry yang mengerjakan tugas akhir ini dari kampung halamannya di Kabupaten ToliToli mengemukakan bahwa sesungguhnya terdapat beberapa kendala dan tantangan ketika mengembangkan peralatan tersebut. Terbatasnya alat dan bahan karena akses yang sulit di masa pandemik covid 19 adalah masalah dari sisi teknis. Konsultasi dengan pembimbing skripsi dilakukan secara daring dan belajar elektronika serta programming secara otodidak telah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya. Namun demikian, tantangan ini tidak menyurutkan semangat dirinya untuk membuat peralatan deteksi likuefaksi ini.
Setelah peralatan ini berhasil dibuat, alat ini kemudian dipresentasikan dalam peringatan 2 tahun terjadinya Gempa Bumi 7.4 SR 28 September 2018 yang diadakan oleh Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Berbekal inovasi ini pula, tim asesor BAN PT memberikan kredit poin tersendiri bagi mahasiswa PSPF FKIP Universitas Tadulako pada kegiatan visitasi yang digelar 12 Oktober 2020. Langkah PSPF tidak berhenti pada raihan akreditasi A namun upaya teruskan dilakukan dengan mendaftarkan temuan alarm likuefaksi sebagai karya paten sederhana tertanggal 30 Desember 2020 serta alat peraga likuefaksi dengan alarm juga sebagai paten sederhana pada 25 Februari 2021. Hal inilah yang menarik perhatian media mulai dari Kompas TV, Media Tadulako hingga akhirnya DW TV untuk melakukan wawancara pada keduanya.
Gambar 3. Foto bersama tim DW, dosen dan mahasiswa PSPF FKIP UNTAD.
Lebih lanjut, Dr. Sahrul menyampaikan bahwa studi tentang alat ini akan diteruskan hingga dapat diaplikasikan sebagai bagian dari alat mitigasi di lapangan sehingga mampu memberikan dampak/manfaat bagi masyarakat Sulawesi Tengah. Dengan adanya publikasi melalui media internasional ini juga diharapkan hasil-hasil penelitian di Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako dapat dikenal tidak hanya di tingkat nasional namun juga pada skala internasional.