Dr. Unggul Wahyono, M.Si: Dosen Kreatif

        Sederhana, itulah sosok yang dimiliki oleh dosen pendidikan fisika kelahiran Karanganyar, 16 januari 1965. Unggul, begitu sapaan akrab dari dosen pendidikan fisika yang bernama lengkap Dr. Unggul Wahyono, M.Si.

          Bapak yang sehari-harinya menjalani kehidupan sebagai seorang dosen pendidikan fisika ini adalah buah bibir dari dosen dan juga mahasiswa tidak hanya di program studi sendiri, tetapi juga universitas. Hal ini karena sejumlah prestasi yang dimilikinya, terutama dalam bidang penelitian.

Bapak 3 anak ini menyelesaikan studi S1nya di IKIP (Institut keguruan dan ilmu pendidikan) Jogja jurusan Pendidikan Fisika pada tahun 1992. Kemudian, selang beberapa waktu beliau mendapatkan beasiswa CTAB (Calon Akademik Baru) untuk pendidikan masternya di ITB (Institut Teknologi Bandung).

Tahun 1996 beliau menginjakan kaki di kota Palu untuk memenuhi ikatan dinas sebagai seorang penerima beasiswa. Bapak yang keseharian hidup sederhana dan bersahabat dengan mahasiswa ini menyelesaikan tugas akhir masternya pada tahun 1997 dengan membuat perangkat deteksi tanpa merusak untuk alat jalan raya dan bangunan yang juga merupakan hibah Riset Unggulan Terpadu di masanya. Di tahun yang sama, penelitian untuk kelayakan sendratari di Candi Borobudur dilakukannya. Alat yang dikembangkan adalah alat untuk mengukur frekuensi diri candi.

Selanjutnya, Dr. Unggul mengatakan pada tahun 1998 beliau melalui penelitian BBI kembali membuat alat Geolistrik. Alat yang telah dipakai untuk melakukan penelitianseperti untuk meneliti struktur bawah permukaan di lahan kantor bupati Donggala, survei potensi mineral kabupaten Poso dan menyelesaikan konflik PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan masyarakat daerah Kabonga. Di tahun 2008, ia menyelesaikan program doktoralnya di UPI (universitas Pendidikan Indonesia) dengan kosentrasi Teknologi Informasi untuk pendidikan.

Tahun 2009, Untad mengadakan pengeboran air dan pada tahun 2004 ia sudah lebih dahulu meneliti tentang itu yang bekerjasama dengan Menristek (Menteri Negara Riset dan Teknologi). Beliau merekomendasikan titik pengeboran air di Untad yang memiliki 6 lapisan akuiver dengan debit yang besar. Tahun 2009 melakukan penelitian strategis nasional yaitu pengembangan kurikulum mitigasi kebencanaan di Sulteng dan tahun 2010 dengan Tim dari MIPA Untad dengan SCDRR-UNDP melaksanakan program sekolah siaga bencana di kota Palu.  Media Pembelajaran Kebencanaan dari kegiatan ini mendapat apresiasi oleh UNDP.  Tahun 2011, beliau juga memenangkan proposal untuk pendirian fisika jarak jauh. Namun keberlanjutan tidak memungkinkan karena alasan praktikum, walaupun telah diupayakan dengan video praktikum yang dibuatnya bersama mahasiswa.

Pada tahun 2014, bapak yang sering suka guyon ini sedang menggeluti pengabdian masyarakatnya tentang sel surya yang berfungsi untuk meningkatkan penghidupan masyarakat daerah. Menurutnya, penelitian-penelitian yang dilakukannya tidak hanya sekedar mencari tahu tapi bagaimana akan bermanfaat bagi orang lain.  Sebelumya di tahun 2013 menyelesaikan penelitian teknologi hybrid dengan memadukan energi angin dan surya untuk ketersedian listrik di sekolah terpencil.  Penelitian ini hasil rekomendasi penelitian sebelumya sekolah terpencil di Sulteng kesulitan dalam kontiunitas listrik.

Dr. Unggul Wahyono, sejak kuliah S1 memang telah menggeluti bidang penelitian dan telah mendapatkan apresiasi dengan membuat alat-alat seperti interfacing komputer untuk mengukur modulus ayunan puntir, automatisai pengukur jarak fokus lensa.  Tahun 1999 ada yang unik seperti alat penetas telur menggunakan komputer, alat pengering cabe menggunakan kompresor sederhana. Tidak hanya itu, lelaki kelahiran Karanganyar Solo ini juga adalah seorang wirausahawan. Sewaktu kuliah S3 beliau sempatkan membuka warnet kecil di belakang kampus UPI. Tentunya, komputer-komputer yang dibelinya adalah barang murahan yang disulapnya menjadi barang bagus dan melancarkan usahanya itu.

Selain unggul dalam penelitian-penelitiannya, bapak ini juga sangat mendukung hal-hal positif yang dilakukan oleh mahasiswa. Kemarin (14/2) beliau datang untuk membuka kegiatan dan mengapresiasi penuh diadakannya kegiatan WoW (Workshop of Writing) oleh volunteer AnakUntad.  Beliau juga sangat mendukung dan sering memotivasi mahasiswa-mahasiswa yang punya karya inovatif, khusunya bidang PKM (program kreatifitas mahasiswa) yang diadakan tiap tahunnya.

Dalam kesehariannya mengajar, hampir setiap mata kuliah dijadikan sebagai project base learning.  Dengan metode ini ini diharapkannya akan melatih dan memotivasi mahasiswa untuk menghasilkan produk inovatif dan juga kreatif. Dia ingin membuktikan bahwa mahasiswa Untad jika dipacu dan dibimbing  juga bisa punya karya.

‘’Setiap mata kuliah yang saya pegang, baik media pembelajaran, komputer dalam pembelajaran fisika, elektronika bahkan alat lab saya menginginkan adanya produk. Kuliah sebenarnya juga harus melatih kemampuan menyelesaikan masalah, tentunya dengan teori dan teknologi kita miliki.  Karena kemampuan ini merupakan kognitif tertinggi,’’ ujarnya.

Untuk menciptakan mahasiswa kreatif, dosen juga harusnya kreatif dengan banyak membaca, mencaritahu dan juga menyalurkan ide-idenya kepada mahasiswa lewat diskusi-diskusi ringan. Tentunya, untuk mencapai itu kita harus bisa memprioritaskan hal-hal yang penting untuk dilakukan.

Saat ini beliau berstatus sebagai kepala lab fisika, tanggung jawab yang diembannya sejak 3 tahun lalu. Saat beliau menduduki jabatan tersebut, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi. Hampir seluruh ruangan dipasangkan CCTV. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat bebas beraktivitas di lab tapi tetap terkendali. Katanya, kebebasan sangat itu diperlukan, agar mahasiswa kreatif.

Berbeda dari yang lain, dirinya juga menginginkan setiap mahasiswa pendidikan fisika khususnya tidak hanya dipersiapkan untuk menjadi guru, melainkan ditanamkan kompetensi yang lain seperti kemampuan IT, instrumentasi dan sebagainya agar nantinya menjadi alumni mahasiswa pendidikan fisika yang memiliki daya saing tinggi.

Tidak hanya menjadi seorang peneliti yang telah mendapat banyak apresiasi, beliau juga adalah seorang yang aktif membantu mahasiswa mengembangkan ide-ide dengan bergabung dalam Tim PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) Universitas bahkan sebagai ketua PKM di fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP). Benar saja, mahasiswa yang dibimbingnya hampir setiap tahun pasti diterima oleh dikti proposal PKMnya. Bahkan tahun 2010 PKM mahasiswa bimbinganya mendapat juara terfavorit nasional dalam ajang PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) di Denpasar.  Keinginannya untuk membantu mahasiswa sangat tinggi, mungkin karena dulunya bapak ini adalah mahasiswa yang kreatif. Ly

Terkait