
“Bukan Sekadar Andalkan AI, tapi Menganalisis Isi Jawabannya!”
Palu, Mei 2025 — Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Tadulako kelas A mulai memanfaatkan ChatGPT sebagai sumber belajar pendukung dalam mata kuliah Fisika Dasar II . Namun, yang menarik adalah mereka tidak hanya menerima jawaban dari AI begitu saja—mereka diajak untuk mendiskusikan, mengkritisi, dan mengevaluasi jawaban tersebut .
Kegiatan ini dipandu langsung oleh tiga dosen terkemuka: Prof. Jusman , Delthawati, M.Pd. , dan Nurul Kamisani, M.Pd. , yang berkomitmen menciptakan pembelajaran yang tidak hanya informatif, tetapi juga melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan penalaran kritis.
Dalam sesi perkuliahan di ruang C4 FKIP, para mahasiswa membawa hasil pertanyaan yang telah mereka ajukan kepada ChatGPT sebelumnya. Setiap kelompok memilih topik-topik penting dalam Fisika Dasar II seperti medan magnet, hukum Faraday, induksi elektromagnetik, dan rangkaian listrik AC/DC . Hasil jawaban AI kemudian menjadi bahan diskusi kelas yang intens dan mendalam.
“Tujuannya bukan agar mereka menggantungkan diri pada AI, tapi justru melatih mereka untuk berpikir kritis terhadap informasi yang didapat , termasuk dari sumber digital,” ujar Prof. Jusman saat membuka sesi diskusi.
Dalam diskusi, mahasiswa diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan reflektif:
Hasilnya, banyak mahasiswa menyadari bahwa meskipun AI bisa memberikan jawaban cepat dan rinci, tidak semua jawaban selalu tepat atau relevan . Ada beberapa kasus di mana ChatGPT memberikan jawaban yang keliru secara konsep atau kurang lengkap dalam penjelasannya , terutama untuk soal-soal kompleks yang melibatkan perhitungan matematis tingkat lanjut.
Salah satu mahasiswa, Siti Rahmah, mengatakan bahwa ia sempat ragu dengan jawaban AI tentang arah medan magnet pada kawat lurus berarus. “Setelah saya cocokkan dengan literatur dan rumus, ternyata ada sedikit kekeliruan dalam penjelasan arah vektor,” katanya.
Menurut Delthawati, integrasi AI dalam proses pembelajaran ini merupakan langkah awal dalam menciptakan mahasiswa yang melek teknologi sekaligus kritis dan inovatif . Ia menilai, di era di mana akses informasi sangat mudah, mahasiswa harus dibekali kemampuan untuk memverifikasi, membandingkan, dan mengevaluasi kebenaran informasi tersebut.
Sementara Nurul Kamisani menambahkan bahwa kegiatan ini juga mengasah kemampuan komunikasi dan kerja tim, karena mahasiswa harus saling bertukar ide dan argumentasi dalam menilai jawaban AI.
“Ini bukan sekadar belajar fisika, tapi juga belajar cara berpikir, cara bertanya, dan cara mencari kebenaran,” tutupnya.
Kegiatan diskusi kritis terhadap jawaban AI ini menjadi salah satu bentuk pembelajaran kolaboratif masa depan, di mana teknologi bukan pengganti, tapi pendamping dalam proses berpikir . FKIP Universitas Tadulako terus berinovasi dalam pendidikan fisika, menghasilkan lulusan yang tidak hanya paham ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu berpikir rasional, logis, dan kreatif di era digital.