Tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Tadulako, tengah melaksanakan penelitian penting yang berfokus pada perancangan dan pengembangan alat peraga berbasis fenomena likuifaksi dengan tema “Amblasnya Perumnas Balaroa.” Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran sains yang lebih kontekstual sekaligus sebagai sarana edukasi mitigasi bencana.
Dipimpin oleh Unggul Wahyono, dengan anggota I Ketut Alit Adi Untara, Marungkil Pasaribu, dan Muh. Syarif, yang semuanya merupakan dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako, penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah di Kota Palu yang terdampak langsung oleh peristiwa likuifaksi pada tahun 2018 lalu. Sekolah-sekolah tersebut adalah SDN Balaroa, SDN Perumnas Balaroa, SMP 11 Palu, dan SMP 13 Palu.
Dalam penelitian ini, tim berfokus pada menciptakan alat peraga yang dapat secara visual dan interaktif menggambarkan proses likuifaksi dan bagaimana fenomena ini menyebabkan amblasnya kawasan Perumnas Balaroa. Alat peraga ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang efektif, tidak hanya untuk mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya mitigasi bencana.
Unggul Wahyono, ketua tim peneliti, menjelaskan bahwa alat peraga ini dirancang agar mudah dipahami oleh siswa, baik di tingkat sekolah dasar maupun menengah. “Kami ingin membuat sains menjadi lebih relevan dan mudah diakses oleh siswa, terutama dengan mengaitkannya dengan peristiwa nyata yang mereka atau keluarga mereka alami. Ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep fisika, tetapi juga memberikan mereka pengetahuan praktis tentang bagaimana bertindak dalam situasi bencana,” ujarnya.
Selama pelaksanaan penelitian, tim peneliti melakukan uji coba alat peraga di sekolah-sekolah tersebut, yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pengujian dan memberikan umpan balik. Siswa diajak untuk berinteraksi dengan alat peraga, yang menunjukkan bagaimana tanah dapat kehilangan kekuatannya dan menyebabkan bangunan amblas selama gempa. Melalui simulasi ini, siswa dapat melihat dengan jelas bagaimana likuifaksi terjadi dan mempengaruhi struktur di permukaan tanah.
Kegiatan penelitian ini mendapat sambutan positif dari pihak sekolah dan siswa. Guru-guru di sekolah yang terlibat menyatakan bahwa alat peraga ini sangat membantu dalam mengajarkan konsep sains yang kompleks dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, alat peraga ini juga berfungsi sebagai pengingat yang kuat akan pentingnya kesiapsiagaan bencana, khususnya di daerah yang rentan terhadap likuifaksi.
Tim peneliti berencana untuk terus mengembangkan alat peraga ini agar dapat digunakan secara lebih luas di berbagai sekolah di Sulawesi Tengah, terutama di wilayah-wilayah yang rawan bencana. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sains serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mitigasi bencana.
Penelitian ini menunjukkan komitmen FKIP Universitas Tadulako dalam mengintegrasikan penelitian akademik dengan kebutuhan masyarakat, menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat yang tidak hanya mendidik, tetapi juga melindungi kehidupan.