Penelitian tentang Model Mental Siswa dan Keterampilan Metakognitif di SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu

Palu, 1 – 2 Agustus 2024, SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu menjadi saksi pelaksanaan penelitian penting yang berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam bidang fisika. Penelitian berjudul “Model Mental Terhadap Keterampilan Metakognitif Siswa Dalam Pemecahan Masalah Benda dalam Fluida Statis” ini dipimpin oleh Gustina, S.Pd., M.Pd., CIQaR, seorang dosen dan peneliti berpengalaman dari FKIP Universitas Tadulako. Bersama dengan anggota tim peneliti lainnya, yaitu Prof. Dr. Jusman Mansyur, M.Si., dan Wahyuni N. Laratu, S.Pd., M.Pd., penelitian ini dirancang untuk mengeksplorasi cara siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan fluida statis, sebuah konsep fisika yang kompleks.

Fluida statis merupakan salah satu materi yang cukup menantang dalam kurikulum fisika tingkat menengah. Konsep ini tidak hanya memerlukan pemahaman teoretis yang mendalam, tetapi juga kemampuan untuk menerapkan konsep tersebut dalam situasi nyata, seperti dalam pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran, siswa seringkali menghadapi kesulitan dalam menginternalisasi konsep fluida statis dan bagaimana konsep tersebut berhubungan dengan fenomena alam yang mereka amati.

Penelitian ini didorong oleh keprihatinan terhadap rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah terkait fluida statis. Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi hal ini adalah model mental siswa, yaitu representasi internal dari pengetahuan dan konsep yang mereka miliki. Selain itu, keterampilan metakognitif, yang melibatkan kemampuan siswa untuk mengawasi, mengatur, dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, juga memainkan peran penting dalam keberhasilan pemecahan masalah.

Penelitian yang dilaksanakan selama dua hari ini bertujuan untuk mengeksplorasi model mental siswa tentang fluida statis dan bagaimana keterampilan metakognitif mereka mempengaruhi kemampuan mereka dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep ini. Lebih khusus lagi, penelitian ini ingin mengidentifikasi jenis model mental yang dimiliki oleh siswa, bagaimana mereka menggunakan model tersebut dalam pemecahan masalah, dan sejauh mana keterampilan metakognitif mereka membantu dalam proses tersebut.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Para peneliti menggunakan berbagai instrumen, termasuk tes diagnostik, wawancara mendalam, dan observasi langsung, untuk mengumpulkan data yang komprehensif. Siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini diberikan serangkaian tugas yang dirancang untuk mengukur pemahaman mereka tentang fluida statis serta kemampuan mereka dalam menggunakan keterampilan metakognitif saat menghadapi masalah. Selain itu, diskusi kelompok juga diadakan untuk mengidentifikasi perbedaan dan kesamaan dalam cara berpikir siswa.

Hari pertama penelitian dimulai dengan penyampaian pengantar oleh ketua pelaksana, Gustina, S.Pd., M.Pd., CIQaR. Dalam sambutannya, Gustina menekankan pentingnya penelitian ini tidak hanya untuk memahami bagaimana siswa mempelajari konsep fisika, tetapi juga untuk mengembangkan strategi pengajaran yang lebih efektif. Beliau juga mengapresiasi antusiasme siswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, serta dukungan penuh dari pihak sekolah.

Setelah pengantar, siswa-siswa yang berpartisipasi diarahkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengikuti tes diagnostik. Tes ini dirancang untuk mengidentifikasi model mental awal yang dimiliki siswa terkait fluida statis. Setelah menyelesaikan tes, siswa kemudian diundang untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok yang difasilitasi oleh para peneliti. Diskusi ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemahaman siswa lebih dalam serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengartikulasikan proses berpikir mereka.

Pada hari kedua, fokus penelitian beralih pada keterampilan metakognitif siswa. Siswa diminta untuk menyelesaikan serangkaian masalah yang lebih kompleks, dengan penekanan pada penggunaan keterampilan metakognitif seperti perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Selama proses ini, para peneliti mengamati bagaimana siswa mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan sejauh mana mereka mampu menerapkan model mental mereka dalam memecahkan masalah.

Wahyuni N. Laratu, S.Pd., M.Pd., salah satu anggota tim peneliti, mencatat bahwa beberapa siswa menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam keterampilan metakognitif mereka selama penelitian. “Siswa yang awalnya terlihat kesulitan dalam memahami konsep fluida statis mulai menunjukkan peningkatan dalam cara mereka mengatur dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah mereka,” ujar Wahyuni. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bimbingan yang tepat, siswa dapat mengembangkan keterampilan metakognitif yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat membantu mereka dalam mengatasi materi pelajaran yang sulit.

Meskipun hasil akhir penelitian ini masih dalam tahap analisis, beberapa temuan awal sudah mulai terlihat. Salah satu temuan penting adalah adanya variasi yang cukup besar dalam model mental yang dimiliki siswa. Beberapa siswa memiliki model mental yang lebih mendekati konsep ilmiah yang benar, sementara yang lain menunjukkan model mental yang kurang sesuai, yang dapat menghambat pemahaman mereka terhadap fluida statis.

Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa keterampilan metakognitif memainkan peran penting dalam keberhasilan pemecahan masalah. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang lebih baik cenderung lebih mampu mengidentifikasi kesalahan dalam model mental mereka dan menyesuaikan strategi pemecahan masalah mereka secara lebih efektif.

Setelah penelitian ini selesai, tim peneliti berencana untuk melakukan analisis data yang lebih mendalam untuk mengidentifikasi pola-pola yang lebih jelas dalam model mental dan keterampilan metakognitif siswa. Hasil dari analisis ini diharapkan akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah serta dipresentasikan dalam konferensi pendidikan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan strategi pengajaran di Indonesia.

Selain itu, tim peneliti juga berencana untuk mengembangkan modul pelatihan bagi guru-guru fisika di sekolah menengah, berdasarkan temuan dari penelitian ini. Modul ini akan dirancang untuk membantu guru dalam mengajarkan konsep-konsep fisika yang kompleks dengan cara yang lebih efektif, dengan penekanan pada pengembangan keterampilan metakognitif siswa.

Gustina, sebagai ketua pelaksana penelitian, menyatakan bahwa dia sangat optimis dengan potensi dampak dari penelitian ini. “Saya percaya bahwa dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa berpikir dan belajar, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih mendukung dan efektif,” ujarnya. Gustina juga menyampaikan terima kasihnya kepada seluruh siswa dan staf SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu yang telah berkontribusi dalam penelitian ini.

Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang cara siswa memahami konsep fisika, tetapi juga membuka jalan bagi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan efektif. Tim peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang pengajaran fisika.

Terkait